Tingkat Turnover Karyawan Yang Baik Di Indonesia Tahun 2023

Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan

Ilustrasinya seperti ini, ada 10 karyawan dimana 7 orang merupakan tenaga kompeten.  Pada akhir kontrak, ternyata 6 orang memutuskan untuk resaign. Keadaan tersebut akhirnya berantai terus menerus.

Dengan begini, hampir setiap tahun mereka selalu mendapatkan karyawan baru dan harus mengulang dari awal lagi dan lagi. Kondisi tersebut kurang baik bagi perkembangan usaha. Karena, hanya jalan di tempat.

Kalau ada pergerakan  tidak lebih dari 5% saja. Hal tersebut cukup merugikan apalagi, bila usaha tersebut sedang merintis dari awal. Rasanya untuk melangkah satu langkah saja membutuhkan waktu 1 tahun.

Sedangkan kompetitor sendiri, sudah bisa melaju tiga sampai lima langkah. Turnover karyawan tinggi menjadi pekerjaan rumah bagi HR, biasanya setelah ini mereka akan merayu beberapa pekerja dengan berbagai benefit.

Tingkat perputaran ini bukan hanya dipengaruhi oleh habis masa kontrak atau resaign saja. Melainkan pensiun sampai pemutusan hubungan pekerjaan karena, sebuah alasan. Juga menjadi catatan penting bagian HR.

Fase Turnover Karyawan yang Harus Dipahami

Cara menghitung tingkat turnover karyawan perusahaan ini mempunyai efek jangka panjang yang harus diketahui oleh semua pihak. Mulai dari HR, pengusaha, manager, sampai supervisor bahkan, ke kapten.

Semua harus mengalami evaluasi bila angkanya menunjukkan prosentase sangat tinggi diatas 50%. Hasil tersebut menjadi sebuah alarm keras. Pada prosesnya ada beberapa poin yang perlu dimengerti.

Mulai dari awal masuk, biasanya mereka merasa senang karena, mendapatkan pekerjaan baru. Selanjutnya, melakukan identifikasi. Dari sinilah setiap supervisor dan manager akan berperan besar membuat suasananya menjadi menyenangkan.

Memastikan dengan benar bahwa, kondisinya sangat menyenangkan adalah hal tersulit. Apalagi, kalau keadaannya berada dalam situasi tidak menyenangkan. Kebijakan harus diambil, hasilnya akan mempengaruhi lingkungan sekitar secara keseluruhan.

Perlu diketahui, saat fase ini semua harus berperan besar dan peka. Biasanya, mereka sudah menunjukkan pertanda senang atau tidak. Jika, pimpinan tersebut masih diam dan justru menyangatkan.

Tidak ada kata lain untuk segera keluar. Inilah salah satu tugas HR dimana, mereka memastikan pimpinannya berkerja dengan baik. Bukan sesuai dengan teori saja melainkan pengalaman juga cukup penting.

Turnover Sukarela (Voluntary Turnover)

Ini terjadi ketika karyawan secara sukarela memilih untuk meninggalkan perusahaan. Alasan umum untuk turnover sukarela termasuk mencari peluang karier yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi, ketidakpuasan dengan lingkungan kerja, atau masalah pribadi.

Bangun Perencanaan Karier Individu yang Baik

Idealnya, perusahaan harus memiliki perencanaan karier individu untuk melihat bagaimana karier mereka dapat berkembang selama bekerja di tempat Anda.

Perencanaan karier individu dapat membantu karyawan untuk mengidentifkasi kekuatan, kelemahan, serta potensi yang ada di dalam diri mereka. Selain itu, perencanaan juga dapat melihat apa saja skill yang mereka butuhkan atau harus perbaiki agar mereka bisa naik level.

Hal ini tidak akan efektif jika dilakukan secara manual karena ada beberapa metriks yang harus disimpan dengan rapi untuk menjadi acuan.

Membantu hal ini, Mekari Talenta memiliki fitur Individual Plan yang dapat mengurangi waktu HR dalam menyusun perencanaan individu karyawan.

Berkat adanya data perkembangan karyawan yang terintegrasi dalam sistem, HR hanya butuh waktu yang singkat untuk melakukan personalisasi kompetensi karyawan.

Jadi, masing-masing karyawan punya goals yang berbeda satu sama lain untuk masing-masing mereka capai dalam kurun waktu tertentu. Ini adalah bentuk partisipasi perusahaan dalam mengakomodir kebutuhan karyawan untuk berkembang, sehingga tingkat turnover dapat diminimalisir.

Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan Perusahaan Voluntary Employee

Voluntary Employee ini menjadi salah teknik terbaik untuk melihat bagaimana pegawai kamu lebih spesifik lagi. Bisa dikatakan kejadian ini dikarenakan, pengunduran diri seorang karyawan karena, alasan pribadi.

Mereka mengundurkan diri tanpa adanya paksaan dari perusahaan atau orang lain. Ada berbagai macam penyebab. Dengan mengetahui berapa presentasenya membuat HR lebih bisa memahami bagaimana kondisi pegawainya.

Cara menghitung tingkat turnover karyawan perusahaan dengan metode Voluntary Employee sebagai berikut,

Jumlah Voluntary Employee : Rata-rata pegawai keluar x 100

Tinggi dan rendahnya sebuah persen tersebut merupakan sebuah data nyata. Bagaimana setiap karyawan di kantor Anda. Apakah mereka cukup betah atau justru sebaliknya. Untuk mengetahuinya coba ditanyakan.

Sistem pertanyaan tersebut jauh lebih efektif dengan dukungan data ini. Dengan begini, untuk kedepannya dapat dicarikan berbagai macam solusi terbaik. Agar penekanannya dapat terjadi secara drastis.

Proses Terjadinya Turnover Karyawan

Proses terjadinya turnover dianalisis melalui pendekatan psikologis dan struktural. Psikologis adalah respon psikis dari karyawan. Sedangkan struktural adalah berbicara secara keseluruhan dari struktur perusahaan. Pada analisis proses terjadinya turnover, kami akan membahas dari sudut pandang karyawan.

Pertama, karyawan akan mengevaluasi beberapa hal selama mereka bekerja. Biasanya karyawan baru merasakan budaya dan tekanan kerja pada bulan ke-6. Biasanya mereka mengevaluasi kerjasama tim, sistem kerja perusahaan apakah sudah pro-karyawan atau belum, rutinitas kerja, dan juga hubungan dengan atasan.

Pada proses ini, karyawan mulai memiliki opsi untuk tinggal atau tetap bekerja. Pada fase ini karyawan cenderung memiliki performa kerja yang menurun. Pada fase ini juga karyawan tersebut mulai mencari peluang pekerjaan baru yang lebih baik.

Pada tahap ini, karyawan mulai mengajukan resign kerja kepada tim kemudian kepada tim HR. Hal yang harus dilakukan oleh perusahaan pada tahap ini adalah melakukan exit interview dan juga komunikasi internal divisi.

Exit interview dilakukan untuk menjawab permasalahan karyawan dan sebagai bentuk keyakinan perusahaan bahwa karyawan tersebut masih dibutuhkan. Kedua, exit interview dilakukan sebagai sarana evaluasi perusahaan dalam menyusun sistem kerja yang kolaboratif dan lebih humanis.

Komunikasi internal divisi pun juga demikian. Hal ini dilakukan untuk mendengarkan masukan dan keresahan karyawan selama bekerja bersama dalam tim.

Baca juga: Bagaimana Cegah Turnover Karyawan Tinggi saat COVID-19?

Mengatasi Turnover dengan Engagement Karyawan

Masalah turn over sering dikaitkan dengan 3 hal, yaitu masalah kebahagiaan karyawan, kesejahteraan dan juga kepuasan kerja. Jika karyawan tidak mendapatkan 3 hal ini, maka ia memiliki potensi besar untuk melakukan pengunduran diri.

Tiga hal diatas, juga bisa didapatkan dari perusahaan. Dimana perusahaan bisa menciptakan lingkungan kerja yang cukup bagus, memberikan gaji dan tunjangan karyawan yang cukup dan sesuai, juga memberikan beban kerja sesuai dengan jobdesk dan kemampuan karyawan.

Jika perusahaan bisa mengatasi hal ini maka tentu saja engagement karyawan juga akan didapatkan. Engangement karyawan ini bisa membuat perusahaan menghindari turnover. Berikut yang masuk sebagai upaya engagement karyawan.

Dengan engagement karyawan ini, karyawan akan merasa puas dan Bahagia bekerja di perusahaan tersebut.

Namun cara engagement karyawan ini hanya bisa efektif diterapkan untuk karyawan yang memiliki masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan perusahaan. Sedangkan untuk karyawan yang melakukan resign karena urusan pendidikan, umur, atau masalah pribadi di luar kendali HR tidak efektif menggunakan cara seperti ini.

Apa Akibat dari Turnover Yang Tinggi

Ada akibat yang ditimbulkan dari masalah turnover yang tinggi di perusahaan. Sesuai dengan penjelasan di atas hal ini berhubungan dengan finansial dan operasional perusahaan. Beberapa akibat dari turnover adalah

Ada tim yang kurang lengkap karena resign sehingga karyawan yang masih ada harus melakukan backup posisi. Dimana hal ini membuat kerja kurang maksimal dan beban kerja dari karyawan lain lebih berat. Tentu saja ini membuat ketimpangan dalam bekerja atau pekerjaan jadi tersendat.

Untuk itu untuk menghindari hal ini, turnover harus dikurangi dan membuat lingkungan kerja yang ramah.

Rugi finansial bisa dikarenakan perusahaan harus melakukan recruitment dari awal lagi, bisa jadi karena darurat dan membutuhkan karyawan baru lagi. Juga karena perusahaan harus memberikan uang pesangon kepada karyawan.

Jadi jika kondisi keuangan perusahaan sedang kosong, maka hal ini tentu saja akan menggangu aliran keuangan perusahaan.

Baca Artikel : Slip Gaji Karyawan, Apa Komponen yang Harus Dimuat?

Proses recruitmen karyawan tidak mudah, perlu melakukan tes wawancara, psikotes, sampai akhirnya melakukan training karyawan. Bukan proses yang sebentar, pun karyawan juga perlu untuk beradaptasi lagi.

Hal ini menjadi tugas besar untuk HRD dalam membina karyawan baru. Jadi akan lebih sulit dilakukan.

4. Kondisi Perusahaan yang Tidak Sehat

Turnover tinggi pasti ada yang kurang baik di dalam perusahaan, entah itu manajemen atau juga lingkungan kerja. Hal ini membuat tim atau karyawan yang masih stay harus bertahan pada kondisi yang kurang baik.

Untuk itu perusahaan perlu melakukan evaluasi dan perbaikan lingkungan kerja sehingga mereka bisa mempertahankan kayawannya.

Itulah akibat dari nilai turnover yang tinggi. Perusahaan mengalami kerugian dan juga proses kerja karyawan akan terganggu. Untuk itu perlulah perusahaan untuk memperbaiki kondisi perusahaan untuk membuat karyawan betah dan loyal.

Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan Perusahaan

Dalam melakukan perhitungan ini, biasanya HR akan membaginya ke berbagai periode waktu. Dimana, kondisi ini akan sangat efektif, dari data tersebut setiap industri bisa melakukan strategi khusus.

Bagaimana caranya mempertahankan karyawan. Terkadang mereka keluar bukan karena gaji bisa suasana atau tidak cocok dengan rekan kerja dan lainnya. Untuk mengetahui rumus menghitungnya, coba simak ulasannya di bawah ini.

Turnover Tidak Sukarela (Involuntary Turnover)

Ini terjadi ketika perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan karyawan, biasanya karena alasan kinerja yang buruk, pelanggaran aturan, atau pengurangan jumlah karyawan (PHK).